Pendahuluan
Pengobatan tradisional adalah warisan budaya bangsa. Setiap suku bangsa pasti mempunyai cara-cara untuk menolong atau menyembuhkan penderita dari penyakitnya, seperti penggunaan tanaman obat, benda-benda
berkhasiat, dan upacara ritual. Kebiasaan itu dapat saja dalam bentuk ingatan atau tertulis yang diwariskan secara turun-temurun. Di antara cara-cara atau metode yang ada itu maka penggunaan obat dari bahan tanaman sangat popular disetiap suku bangsa Indonesia, termasuk di Bali. Hal itu dapat ditelusuri dalam media ilmiah (1-7) atau dalam bentuklontar usada Bali. (8-24) Nala (1995), telah mempublikasikan Usada Bali (25) yang memberikan gambaran umum sistempengobatan tradisional Bali; dan pada tahun 2002 tentang Usada Kencing Manis.(26) Dalam rangka menujurasionalisasi pengobatan tradisional Bali serta pengembangan dalam rangka menuju ke fitofarmaka, maka beberapalontar usada Bali telah dijadikan fokus kajian (1-5, 25-32). Pemerintah daerah telah pula menunjukkan kepeduliannya
dengan menyediakan sedikit dana untuk biaya penelitian berupa transkripsi, dan transliterasi lontar usada (8-24).
Sayangnya, upaya yang lebih jauh seperti interpretasi dan menjadikan lebih operasional di lapangan belum muncul,sehingga untuk menjadikan lontar usada Bali menjadi pegangan pengobatan, masih menghadapi kendala. Diperlukan
suatu pengkajian lebih mendalam untuk menyamakan persepsi dari apa yang tersurat dalam lontar usadha tersebut.Masing-masing tanaman obat seharusnya diberi nama sesuai dengan daerahnya, sehingga dikenal nama Jawa, Sunda,Batak, Bali, Dayak, Ambon dllnya. Dalam beberapa buku referensi yang memuat tanaman obat di Indonesia, banyaktanaman obat tidak disebutkan nama Balinya (6, 25 - 29, 31, 32, 34 - 36) sehingga seolah-olah tumbuhannya tidak adadi Bali. Padahal penggunaan tanaman sebagai bahan obat, sudah dikenal di Bali sejak dahulu kala. Tanaman yang
digunakan sebagai bahan obat ternyata juga sebagai bahan makanan pokok. Adiputra (1999), telah melapor kanbeberapa tanaman obat yang digunakan sebagai bahan makanan pokok, sayur-mayur, makanan tambahan dan sebagaibumbu (3). Sampai sekarang belum diketahui apa dan bagaimana efek pemakaian tanaman obat sebagai bahan makanan pokok dalam khasiat obatnya. Tulisan ini melaporkan berbagai aspek pemakaian tanaman sebagai obat, yang didasarkan atas deskripsi di dalam lontar usada Bali. Materi dan MetodeSubjek. Penelitian ini memakai subjek tanaman yang dipakai obat. Sumber informasinya diperoleh dari lontar usada yang berjumlah 16 jenis lontar:
u.bebahi,
u. ceraken tingkeb,
u.dalem,
u. tiwang,
u. darmosada,
u.edan,
u. indrani,
u. kalimosada,
u. kamatus,
u. kecacar,
u. kuranta bolong,
u. mala,
u. rukmini tatwa,
u. smaratura,
u.upas,
u. yeh.
Lontar taru premana juga dipakai sebagai tolok ukur jumlah tanaman obat, karena dalam lontar tersebut dijelaskan mengenai khasiat dari bagian-bagian tanaman obat. Untuk konfirmasi informasi yang diperoleh ditanyakan
kepada nara sumber, yaitu Balian dan Pendeta yang berpengalaman sebagai pengobat.Metode. Telaah kepustakaan, serta mengobservasi tanaman yang disebut dalam lontar. Diskusi kelompok kecil dalam hal-hal yang meragukan atau belum jelas juga dilaksanakan dengan nara sumber.Analisis. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini, secara deskriptif.
HasilDalam 16 lontar usada yang diteliti didapatkan banyak tanaman dipakai sebagai bahan ramuan obat. Jumlah total penulisan resep dengan tanaman dan jenis tanamannya disajikan dalam Tabel 1 menurut sumber lontar usadanya.
Jumlah total tanaman yang dimaksud adalah deskripsi dari resep-resep yang digunakan; bisa saja satu tanaman dipakai beberapa kali, sehingga memberikan jumlah total yang tinggi. Sedangkan jenis tanaman menurut nama tanaman tersebut.
Adiputra, N.