Padanan nama tanaman obat yang sering dipakai obat menurut lontar usada

1) tanaman obat yang mempunyai dua nama
: adas = puspa tandah (Foeniculum vulgare Mill); angsana = sana (Pterocarpus indicus WILLD); 

tuba = loki (Derris eliptica Bth);  

bangle = panini (Zingiber cassumunar Roxb); 

bunut = sulatri (Ficus pilosa Reinw); 

cengkeh = katik lanang (Sygygium cumbini Skeels); 

dingin- dingin = widasari (Porana volubilis Burm); 

pare = oyong (Trichosanthes anguina L); 

dausa gede = dausa keling (Justicia gandarusa Lf);

gebang = ibus (Corypha utan Lamk.);

 jajar tanah = dederekan (?); kembang kertas = raja tangi (Zinnia sp);

 cekuh = deresan (Kaempferia galanga L); 

 ketumbar = panjelang (Coriandrum sativum L);  intaran = mimba
(Azadirachta indica Juss);

jebug arum = pala raja (Dipterocarpus hasseltii Bl);

 simbar menjangan = simbat agung (Platycerium bifurcatum C.Chr.);

 temu ireng = kepanggihan ireng (Curcuma aeruginosa Roxb); tulud nyuh = mandakaki (Tabernaemontana coronaria Willd).

 Tanaman yang punya tiga nama adalah: 

ambengan = ilalang = alang- alang (Imperata cylindrical L);

 ancak = bodi = wedi (Ficus rumphii Bl); andong = sigati = anjuang (Cordyline fructiosa
A.Chev); bawang = lawang = bawang brahma (Allium ascalonicum L);

 bayem dui = bayem raja = bayem bangke (Amaranthus retroflexus L); 

belimbing buluh= b.wuluh = pasatan lingsir (Averrhoa bilimbi L); 

bingin = wandira = waringin (Ficus benghalensis L);

 cempaka putih = cepaka = sumanasa (Michelia champaca L);

 kepiduh = piduh = pegagan (Merremia emarginata Hall-f);

 jangu = jahangu = daringo (Acorus calamus L); 

gatep = gayam = tamba bisa (Inocarpus edulis teorst);

 juuk nipis = juuk alit = juuk lengis (Citrus papeda Miq); 

kayu putih = kayu pinge = kenangga (Melaleuca leucadendra L);

 kecemcem = cemcem = kalundehan (Spondias pinnata L);

 kulampes = uku-uku = wurek-wurek (Ocimum gratisimum L.);

 kunyit = kunir = mantrimanika (Curcuma longa L);

 ermawa = remawa = mahermawa (Rosa Sp); meniran = kameniran = kalamenja (Phylanthus niruri L); 

nagasari = sari = bujangga puspa (Mesua ferrea L); 

paku wilis = paku jukut = paku nasi (Asplenium malabaricum Mett);

 paya puuh = pepare mulungan= pepare ambulungan (Trichosanthes anguina L);

 pepe = pepe jukut = pepe sayur (Oxystelma asculentum R.Br); 

janggar ulam = jejulam = jangan ulam (Eugenia polyantha Wight); 

sembung = sembung gede = angjuna (Blumea balsamifera L DC);

 sepet-sepet = sidawayah = sidawredah (Nerium odoratum Ait);

 kesimbukan = urang-aring = kahumbungan petak (Eclipta alba Hassk);

 tuung pipit = tuung keripit = tuung damuh (Solanum melongena L);

  bekul =  widara = widara gunung (Zizyphus jujube Lamk); 

medori = madori = manure (Calatropis gigantean Ait).


Tanaman obat dengan empat nama contohnya:

 kesuna = bawang putih = bawang pinge = jasun pinge (Allium sativum L); 

beluntas = angda lumaku = balu memargi = rangda lumampah (Pluchea
indica Less); 

dapdap = dadap = kayu sakti = dapdap tis (Erythrina variegate L); 

jarak = jarak gadang = jarak pagehan = jarak kosta (Jatropa curcas L.); 

ketepeng = katepeng = jejanggutan = cangkem butuh; 

ketumbah bebolong =tumbah bebolong = bebolong = babolong (Coriandrum sativum L); 

sirih = base = kapkap = suruh (Piper betle L); 

sindrong =isinrong = sindrong wayah = indrong jangkep (rempah-rempah).

Tanaman yang dalam lontar usada dengan lima nama, yaitu: 

kepasilan = kemandih = kemanduh = mlecui = kepandih (Loranthus sp benalu); 

pancarsona = pancarsona =
pancasona = tayungan = limbeyan (Tinospora coriaceae Beumee); 

pule = kayu pahit = luwed agung = kayu agung = taru agung (Alstonia scholaris R.Br); 

selasih = lampes = sulaket arum = sulasih arum = sulasih (Ocimum basilicum L.);

 selegui = silagui = silanjana = jajabungan = sidaguri (Sida rhombifolia L.).

Tanaman dengan delapan nama

yaitu: asem = celagi = lunak = lunak tanak = asem lama = asam kawal = kamaligi = kamalama (Tamarinda indica L.).

Penelitian Usada di Bali

Pendahuluan

Pengobatan tradisional adalah warisan budaya bangsa. Setiap suku bangsa pasti mempunyai cara-cara untuk menolong atau menyembuhkan penderita dari penyakitnya, seperti penggunaan tanaman obat, benda-benda
berkhasiat, dan upacara ritual. Kebiasaan itu dapat saja dalam bentuk ingatan atau tertulis yang diwariskan secara turun-temurun. Di antara cara-cara atau metode yang ada itu maka penggunaan obat dari bahan tanaman sangat popular disetiap suku bangsa Indonesia, termasuk di Bali. Hal itu dapat ditelusuri dalam media ilmiah (1-7) atau dalam bentuklontar usada Bali. (8-24) Nala (1995), telah mempublikasikan Usada Bali (25) yang memberikan gambaran umum sistempengobatan tradisional Bali; dan pada tahun 2002 tentang Usada Kencing Manis.(26) Dalam rangka menujurasionalisasi pengobatan tradisional Bali serta pengembangan dalam rangka menuju ke fitofarmaka, maka beberapalontar usada Bali telah dijadikan fokus kajian (1-5, 25-32). Pemerintah daerah telah pula menunjukkan kepeduliannya
dengan menyediakan sedikit dana untuk biaya penelitian berupa transkripsi, dan transliterasi lontar usada (8-24).

Sayangnya, upaya yang lebih jauh seperti interpretasi dan menjadikan lebih operasional di lapangan belum muncul,sehingga untuk menjadikan lontar usada Bali menjadi pegangan pengobatan, masih menghadapi kendala. Diperlukan
suatu pengkajian lebih mendalam untuk menyamakan persepsi dari apa yang tersurat dalam lontar usadha tersebut.Masing-masing tanaman obat seharusnya diberi nama sesuai dengan daerahnya, sehingga dikenal nama Jawa, Sunda,Batak, Bali, Dayak, Ambon dllnya. Dalam beberapa buku referensi yang memuat tanaman obat di Indonesia, banyaktanaman obat tidak disebutkan nama Balinya (6, 25 - 29, 31, 32, 34 - 36) sehingga seolah-olah tumbuhannya tidak adadi Bali. Padahal penggunaan tanaman sebagai bahan obat, sudah dikenal di Bali sejak dahulu kala. Tanaman yang
digunakan sebagai bahan obat ternyata juga sebagai bahan makanan pokok. Adiputra (1999), telah melapor kanbeberapa tanaman obat yang digunakan sebagai bahan makanan pokok, sayur-mayur, makanan tambahan dan sebagaibumbu (3). Sampai sekarang belum diketahui apa dan bagaimana efek pemakaian tanaman obat sebagai bahan makanan pokok dalam khasiat obatnya. Tulisan ini melaporkan berbagai aspek pemakaian tanaman sebagai obat, yang didasarkan atas deskripsi di dalam lontar usada Bali. Materi dan MetodeSubjek. Penelitian ini memakai subjek tanaman yang dipakai obat. Sumber informasinya diperoleh dari lontar usada yang berjumlah 16 jenis lontar: 

u.bebahi,
u. ceraken tingkeb, 
u.dalem, 
u. tiwang,
u. darmosada,
u.edan, 
u. indrani, 
u. kalimosada, 
u. kamatus, 
u. kecacar, 
u. kuranta bolong,
u. mala,
u. rukmini tatwa, 
u. smaratura,
u.upas,
u. yeh. 

Lontar taru premana juga dipakai sebagai tolok ukur jumlah tanaman obat, karena dalam lontar tersebut dijelaskan mengenai khasiat dari bagian-bagian tanaman obat. Untuk konfirmasi informasi yang diperoleh ditanyakan
kepada nara sumber, yaitu Balian dan Pendeta yang berpengalaman sebagai pengobat.Metode. Telaah kepustakaan, serta mengobservasi tanaman yang disebut dalam lontar. Diskusi kelompok kecil dalam hal-hal yang meragukan atau belum jelas juga dilaksanakan dengan nara sumber.Analisis. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini, secara deskriptif.

HasilDalam 16 lontar usada yang diteliti didapatkan banyak tanaman dipakai sebagai bahan ramuan obat. Jumlah total penulisan resep dengan tanaman dan jenis tanamannya disajikan dalam Tabel 1 menurut sumber lontar usadanya.
Jumlah total tanaman yang dimaksud adalah deskripsi dari resep-resep yang digunakan; bisa saja satu tanaman dipakai beberapa kali, sehingga memberikan jumlah total yang tinggi. Sedangkan jenis tanaman menurut nama tanaman tersebut.

Adiputra, N.


Lontar Usada Ila

Halaman 1bKembali ke atas
Ya, Tuhan semoga tiada halangan. Inilah perawatan penyakit ila (lepra), waspadailah warnanya. Apabila putih warnanya, ila lungsir namanya; bila merah rupanya, ila brahma namanya; bila putih dan berbintik-bintik, ila kangka namanya; bila merah dan tebal, ila dedek namanya; bila merah dan melingkar-lingkar dengan pinggir putih, ila kakarangan namanya; bila merah padat bertumpuk-tumpuk, ila buta namanya. Dukun tidak berani mengobati penyakit itu. Penyakit itu meradang di dalam tubuh. Pemunahnya di dalam jantung. Nama penyakit itu adalah gering agung katemran. Lagi pula apabila ada penyakit ila sampai melewati leher, naik ke wajah, jenis penyakit ila itu dinamakan ila anglangkar gunung. Itu besar biayanya. Patut dipunahkan penyakit itu. Pemunah semua penyakit ila, kategori upacaranya terdiri atas kecil, menengah, dan besar. Untuk kategori kecil, jumlah uangnya 2500, yang menengah uangnya 5500,
 
Halaman 2aKembali ke atas
yang besar uangnya 10.700. Upacaranya juga dilengkapi dengan periuk tanah yang baru 1 buah, dilingkari benang satu gulung dengan uang 225, dan tiga macam air, yaitu air palungan, air pande besi, dan air pancuran. Air itu diisi irisan daun kayu tulak, dedap, waribang, temen, kamurugan, dan tujuh jenis kembang. Upacara dilaksanakan di depan sanggar kamulan, dengan sesajen canang rebong 2 buah, masing-masing diisi uang 111 dan 66, disertai caru ayam merah diolah dalam bentuk sesajen bangun urip, diisi lawar merah-lawar putih, disuguhkan dalam lima porsi berbentuk sengkwi, serta dilengkapi dengan sesajen peras, tulung sesayut, pengambian, panyeneng, dan daksina selengkapnya. Setelah selesai memohon, air tersebut dipercikkan kepada pasien 9 kali. Setelah dipercikkan, sisanya dipakai memandikan pasien. Sesajen caru itu dipersembahkan untuk keselamatan pasien. Setelah selesai, caru itu ditaruh
 
Halaman 2bKembali ke atas
di perempatan jalan untuk disuguhkan kepada Sang Kama Sunya, dengan mantra: "O÷ sang kamà kala sunya, iki gañjaran sira, buktiaknà, mantuk ring unggwanta, poma, poma, poma". Uang persembahannya diserahkan kepada dukun. Ada lagi mantra penawar penyakit ila: "O÷ tulak sambo endah, guóa-guóa jawa endah mandi, guóa sabrang, guóa mlayu mu endah mandi, guóa bun, guóa lombok mu endah mandi, guóa sasab, guóa bali mu endah mandi, guóa suódha, guóa pangaruh he mu endah mandi, guóa papasangan, acêp-acêpan, mu endah mandhi, guóa tatujon mu endah maódhi, têka punah ta ko dengku, keðêp siddhi mantranku, maódhi, maódhi, maódhi. O÷ iðêp aku sanghyang brahmà tiga úakti, anganggo pangolih-olih
 
Halaman 3aKembali ke atas
angulihakên saguóa wiseûà, gring sasinggulan, gring acêp-acêpan, padha kapupug denta, tuju tatujon, tuju papasangan, padha katulak den aku, gring sasawangan, gring agung kakna tumpur, gring sasàb tatêmwan, padha mulih kita denku, apan aku pangawak bhaþara brahmà tigà wiúeûà, angulihakên pangawening wong, asing kriyopayà, tkà padhà mulih kiteng kayanganmu, mulih, mulih, mulih. O÷ O÷ sanghyang aji jagatnathà, amupugana sakwehing kalà, tkà pupug punah, spi sunya, sirêp-sirêp, sidhi keðêp mantranku. Malih sasapan carunya, ma, O÷ sang bhuþa hastra-hastra, sang bhuþa amangan mantra, aja sira amangan mantran ulun, sandi, iki
 
Halaman 3bKembali ke atas
tadðah saji nirà, ambuktya sira kabeh, tka lunga". Obat penyakit ila lungsir, yang warnanya putih, sarananya adalah kulit kayu pangi, kulit kayu bila, sinrong wayah, dilumatkan sampai lembut, diisi air cuka tahun, diramu untuk bedak. Obat penyakit ila lungsir, dengan gejala yakni apabila tampak melingkar-lingkar tebal dan berwarna putih, sarananya adalah jahe pahit, isin rong, bunga cengkeh, cabe jawa, terusi, warangan, belerang merah, belerang kuning, ditumbuk, dicampur dengan air jeruk limau, dipakai obat oles. Sarana obat tetes hidung terdiri atas belerang merah, belerang biru, belerang kuning, gadung cina, sarikuning, air jeruk nipis. Obat penyakit ila dengan gejala badan pasien bengkak dan kesemutan, dinamakan penyakit ila agung pepasangan, sarananya adalah kulit kayu leca, kulit kayu endep, laos kapur, maja-
 
Halaman 4aKembali ke atas
kane, majakeling, dilumatkan dicampur dengan cuka tahun, dipakai bedak. Obat penyakit ila brahma dengan ciri berwarna merah, sarananya adalah kulit kayu sulatri, kulit kayu tingulun, kayu asem (akar, kulit, daun), isin rong lengkap, diulek untuk bedak. Obat penyakit ila, sarananya adalah daging buah pangi mentah, jahe pahit, bawang putih, sandawa, ditumbuk, diisi air jeruk nipis, diramu untuk obat oles. Obat penyakit ila kakarangan, sarananya adalah cipakan, belerang, warangan, sandawa, buah liligundi, diramu untuk obat oles. Obat penyakit ila, sarananya adalah kulit pohon mangga kuning, kulit kayu tigaron, laos, masui, bawang putih, jangu. Obat untuk penyakit ila buta, sarananya adalah kulit kayu wangkal, kulit kayu batu, serpisan besi, kulit udang laut (lobster),
 
Halaman 4bKembali ke atas
bawang putih, jangu, dilumatkan untuk bedak. Obat penyakit ila, sarananya adalah tulang harimau, tulang menjangan, tulang kukang, tulang trenggiling, tulang ular gunung, cendana, digosok dicampur dengan air jeruk nipis, untuk obat tetes hidung. Obat penyakit ila yang ada di dalam, dengan gejala badan pasien sembab dan keluar darah dari hidung, penyakit itu dinamakan ila papasangan, sarana obatnya adalah buah purnajiwa, rendaman permata mutiara, dicampur dengan air arak, belerang, air cendana, air jeruk nipis, diramu untuk obat tetes hidung. Inilah mantra penawar untuk segala jenis penyakit ila: "ih bhuþa kalà yodha, sang bhuþa kala yoói, ênduh ko dadi êtuh, sanghyang bayu mêntas ring irung rumawak bimà úakti, angagêm gadhà lohithà, wadaódha
 
Halaman 5aKembali ke atas
amupuh tuju druwe kombalà wintên, ilà papasangan, gring agung kakênan tumpur, sami kapupuh dengku, apan ku mawak bimà úakti, sanghyang bayu rumawak úariranku, keðêp sidhi maódhi mantranku". Adalagi mantra untuk bedak: "ih sang bhuþa kala sisik, sang bhuþa kala dangu, aja ko kita amangan ri kulit ðaging ðalême syanu, apan sanghyang rekanatà, mangaðêg ring otot, anyapuh mala patakane pun anu, anulakanà tuju maódhi, upas maódhi, tkà tulak tkà lêbur, mukûah ilang, waras, keðêp sidhi maódhi mantranku". Obat penyakit ila, yang muncul di seluruh kulit, berwarna kemerahan, sarananya adalah jahe manis, sintok, bunga cengkeh, warangan, sandawa, ditumbuk dicampur dengan arak prahu,
 
Halaman 5bKembali ke atas
dipakai obat oles. Ada lagi sarana lain yaitu kulit kayu pangi, kulit kayu bila, isin rong lengkap, ditumbuk dicampur dengan cuka tahun untuk bedak. Ada pula sarana lain yaitu kulit kayu meduri putih, kulit kayu bila, bangle, temutis, bawang putih, jangu, sandawa, dilumatkan untuk bedak. Atau sarana lain yaitu kulit kayu bohok, temuireng, bangle, warangan, dilumatkan untuk obat oles. Ada lagi sarana yang lain yaitu jahe pahit, warangan, arang, sandawa, ditumbuk untuk obat oles. Atau sarana lain terdiri atas kalembak, kasturi, belerang merah, temukus, digosok, dicampur dengan air jeruk nipis, diramu untuk obat tetes hidung. Mantranya: "O÷ sapa siku ko syok, aparan ring aku, lungà lara lah waras, sidhi úwaha". Obat penyakit ila berwarna putih kekuningan, sarananya adalah kulit kayu tanjung, kulit kayu bila, kulit kayu kamoning, isin rong lengkap,
 
Halaman 6aKembali ke atas
diulek, dicampur dengan air kapur. Mantranya: "O÷ ya ramantà saking tanana, mukûah saking tananà, tkà lêja, tkà lêha, tkà lêja". Ada lagi sarana yang lain yaitu kulit kayu asam, kulit kayu kusambi, temuireng, temukonci, diramu dengan bawang putih, jangu, diulek, dicampur air jeruk nipis untuk bedak. Ada pula sarana berupa kulit kayu kepah, kulit kayu nangka hijau, kulit pohon cermai, musi 1 jumput, bawang putih, dan jangu, diisi air jeruk limau untuk bedak. Atau sarana kulit kayu sulatri, kulit kayu jadma, sinrong gagambiran, ditumbuk, diisi air warangan, diramu untuk bedak. Ada pula sarana berupa kulit kayu base, kulit kayu pule, kulit kayu bangbang, jahe pahit, gadung cina, isin rong wayah, ditumbuk untuk bedak. Obat penyakit ila, sarananya adalah kulit kayu mangga gading, kulit kayu bangiang, umbi ilak, umbi teki laut,
 
Halaman 6bKembali ke atas
isin rong lengkap, diisi air kapur untuk bedak. Jika ada darah keluar dari hidung pasien, sarana obatnya adalah buah paspasan, ginten cemeng, pulasari, ditumbuk, dicampur dengan air cendana, disaring untuk obat tetes hidung. Mantranya: "O÷ sang bhuþa hastra-hastra, amalaku pawtuning lara, sanghyang puratha anambanin, sidhi waras, sidhi, waras, sidhi waras". Obat tetes hidung untuk penderita penyakit ila, sarananya adalah belerang merah, belerang biru, belerang kuning, madu klupa, kemenyan, gadung cina, sarikuning, lungid, air jeruk nipis. Sarana obat penyakit ila, terdiri atas daun saksak, umbi teki laut, masui, bawang putih, jangu, dilumatkan untuk bedak. Atau sarana berupa kulit pohon nangka hijau, kulit pohon jeruk purut, kulit pohon bengkel, laos kapur, cendana, bawang putih, dan jangu, dilumatkan, diisi air sandawa,
 
Halaman 7aKembali ke atas
untuk bedak. Ramuan minyak oles untuk penderita sakit ila, terdiri atas buah cempaka kuning, buah jeruk purut, buah basa-basa, pancalang 1 jumput, kulit pohon badung yang kering, kemenyan, belerang kuning, bawang putih, dan jangu, isin rong lengkap, seharga 1 kepeng, semua ramuan ditumbuk, diisi minyak kelapa hijau, lalu dipanaskan dengan wajan, setelah matang, dipakai obat oles setiap hari. Mantranya: "O÷ lêngisku sanghyang tayà, lulutku sanghyang mahning, jênar asak sidha rapuh, ilà brahma, ilà lungsir, ila ðêðêk, ilà tatujon, pupug punah, tkà punah, keðêp sidhi mandi mantranku, keðêp sidhi mandi mantranku, keðêp sidhi mandi mantranku". Ada lagi sarana lain, yaitu buah kusambi, buah kambika, buah bila, buah kalundehan, belerang biru, belerang kuning, gadung cina, bunga cengkeh,
 
Halaman 7bKembali ke atas
sampar wantu, isin rong lengkap, seharga 3 kepeng, ditumbuk, lalu digoreng dengan wajan. Pada saat menggoreng, diperlukan sesajen daksina, beras 1 kulak, uang 777, lengkap sesuai isi daksina, canang 2 buah, uang 66 kepeng, ditaruh di depan dapur. Mantranya: "O÷ brahmà paripùrnà jati ya namah swaha". Rapalkan mantra itu tiga kali. Lakukan pembuatan obat itu pada hari Sabtu Kliwon. Pada saat menggoreng ramuan obat itu dengan wajan di dapur, rapalkan mantra: "O÷ sang úatru rudra ya namah, ilang lwar sunya mukûah, pupug upas, pupug tuju, pupug desti, pupug têluh punah, ilang waras". Setelah ramuan obat itu matang, oleskan pada setiap hari Kliwon, juga dilakukan di depan sanggar kamulan. Bila ingin membuat minyak oles untuk penyakit ila, sarananya adalah kulit kayu
 
Halaman 8aKembali ke atas
base, buah pangi mentah, buah bila, jeruk purut, limau, jeruk nipis, masing-masing 5 biji, temuireng, buah badung kering, laos kapur, isin rong wayah, seharga 3 kepeng, diramu dan ditumbuk sampai lembut, diisi arak dua botol, dan nira kelapa tua, lalu direbus sebagaimana proses membuat arak. Setelah ramuan matang, dimohonkan keselamatan di sanggar kamulan dengan sesajen beras 2 kulak, kelapa 2 butir, telor 2 butir, benang 2 gulungan, pisang mentah 2 sisir, uang 3663, lengkap sesuai perlengkapan upacara itu, disertai canang 3 buah, yaitu 1 canang berisi uang kepeng 33, 1 canang lagi berisi uang 25, dan 1 canang lagi berisi kain rantasan 1 gabung. Sesajen caru terdiri atas nasi merah 3 kepalan, lauk usus babi mentah, bawang merah, jahe, dialasi daun kumbang,
 
Halaman 8bKembali ke atas
diwadahi sidi. Sesajen itu ditaruh di samping tempat membuat ramuan obat. Cara melaksanakannya adalah dengan memegang air untuk peruwatan, sambil memuja dengan merapalkan mantra: "O÷ sanghyang triúakti amupug lara ilà, ilà abang, ilà kuning, ilà irêng, ilà putih, ilà mañcawaróà, kapupug de nira sanghyang triúakti, pupug punah, pupug punah, pupug punah, mtu kita wetan kapupug, mtu kita kidul kapupug, mtu kita kulon kapupug, mtu kita lor kapupug, mtu kita madhya kapupug, tkà pupug punah, tkà êhêp jalan mulà. O÷ sidhi maódhi mantranku". Setelah selesai sembahyang, sesajen itu diantarkan tiga kali pada ramuan obat dengan menyebut Sang Bhuta Tiga. Pasien diperciki air suci tujuh kali, setelah itu, pasien dimandikan di halaman rumah. Sesajen caru dibuang di pertigaan jalan. Obat untuk penyakit ila, sarananya adalah
 
Halaman 9aKembali ke atas
geluga, gerabah di kuburan, diberi tulisan suci Ongkara, disertai ramuan cengkeh, terusi, air jeruk nipis, untuk obat oles. Obat penyakit ila, sarananya adalah gamongan, kunir warangan, sandawa, warangan, kemenyan, ditumbuk diisi air jeruk nipis, untuk obat oles. Obat penyakit ila, sarananya adalah kulit kayu base, sintok, masui, sandawa, pandida bubuk, dilumatkan, diisi air jeruk limau, untuk obat oles. Obat penyakit ila, sarananya adalah akar, daun, kulit pohon kaliapuh, dan pohon kaliasem, temuireng, gamongan, isin rong wayah, ditumbuk, diisi cuka tahun, untuk bedak. Ada lagi obat sakit ila, yaitu biji buah utu, biji peron kering, buah basa-basa, isin rong wayah, ditumbuk, diramu dengan arak, berem, untuk bedak.
 
Halaman 9bKembali ke atas
Obat sakit ila, sarananya adalah daun merica, akar pohon awar-awar, akan pohon badung, isin rong wayah, ditumbuk untuk bedak. Obat sakit ila berwarna kemerahan, sarananya adalah kulit kayu base, temugiri, temukonci, bawang putih, dan jangu ditumbuk, diisi cuka tahun untuk bedak. Obat sakit ila, sarananya adalah daun kambo-kambo, daun jeruk rendetan, daun piduh, sulur kantawali, bangle, bawang putih, dan jangu, diramu dengan kapur, ditumbuk, diisi arak, untuk bedak. Obat sakit ila, sarananya adalah sintok, kulit buah badung yang kering, terusi, warangan, gadung cina, bawang putih, dan jangu, ditumbuk diisi air jeruk nipis, untuk obat oles. Obat sakit ila, sarananya adalah kulit kayu kaliasem, kulit kayu pakel, kulit kayu tingulun, bara api, sandawa, bunga cengkeh, bawang putih, jangu,
 
Halaman 10aKembali ke atas
ditumbuk, diisi air jeruk limau, untuk obat oles. Obat sakit ila brahma, sarananya adalah bama bang, terusi, warangan, dilumatkan, diisi arak prhu, untuk obat oles. Obat sakit ila, sarananya adalah daun pancar putih, kulit udang laut, kulit kepiting bintang, jahe pahit, sandawa, bawang putih, dan jangu, diulek, diisi air jeruk nipis, jeruk purut, untuk obat oles. Mantra: "O÷ ilà ta lut maha taya, rêp ta ngko dengku, sidhi mandhi mantranku, waras, waras.waras". Obat sakit ila, sarananya adalah daun sulasih merik, myana cemeng, pulasari, belerang merah, belerang biru, gadung cina, sarikuning, lungid, dicampur dengan air jeruk nipis, dipakai obat tetes hidung. Obat sakit ila, sarananya adalah labu besar, laos kapur, temutis, temukonci, temugiri, temupoh, temuireng, temulawak, diparut,
 
Halaman 10bKembali ke atas
lalu masukkan ke dalam labu, dikukus hingga matang. Setelah matang, diperas, lalu dicampur dengan belerang merah, sarikuning, lungid, kemenyan, air jeruk nipis, untuk obat tetes hidung. Obat sakit ila, sarananya adalah buah paspasan, kemenyan, belerang biru, buah pala, pulasai, sintok, air cendana, digosok, dicampur dengan jeruk limau, untuk obat tetes hidung. Obat sakit ila, sarananya adalah pohon katang-katang putih, gegambiran anom, kemenyan, sarilungid, ditumbuk, diisi air jeruk nipis, untuk obat tetes hidung. Oabt sakit ila, sarananya adalah galuga, madu klupa, air arak, belerang, majakane, majakeling, tanjung raab, sari sapodi, jelawe, diramu dengan cuka tahun, untuk obat tetes hidung. Obat sakit ila, sarananya adalah kulit kayu kamangi, sintok, belerang kuning, jahe pahit,

Lontar Usada Budhakcapi

Halaman 1bKembali ke atas
Semoga tidak menemui rintangan. Mohon maaf kepada Dewa Siwa. Apakah disebut awighna, apakah yang disebut nama siddham, sebaiknya kau mengetahui makna awighnamastu. Jika kau paham, kau boleh menggunakan ilmu ini untuk mengobati. Jika kau tidak paham makna awighnamastu, janganlah kau berani melecehkan ilmu ini. Ilmu ini dinamakan Siwalingga, firman Tuhan yang dianugrahkan kepada para guru dunia. Om maksudnya sarira (badan), awi maksudnya aksara (huruf), ghna artinya tempat bersemayam, mastu artinya kepala, nama maksudnya anugrah, si maksudnya matahari; dham maksudnya bulan. Itulah yang patut dipahami tentang tempat bersemayam Dewa. Kau tidak akan menemukan bencana. Demikianlah firman Dewa pada zaman dulu. Ini merupakan ilmu rahasia, Usada Sari. Ketika diturunkan di Pura Dalem, ini adalah sabda Hyang Pramakawi. "Begitu
 
Halaman 2aKembali ke atas
amat tergesa-gesa kalian berdua, cepatlah katakan sekarang, agar aku tahu!" Demikian kata sang Budhakecapi kepada mereka berdua. Selanjutnya, sang Klimosadha menjawab bersama sang Klimosadhi: "Kami berasal dari Lemah Surat, kami sedesa. Kami ini bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi!" Lalu sang Budhakecapi berkata: "Baiklah, aku bertanya kepada kalian berdua, aku mendengar berita tentang orang yang bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, terkenal ahli dalam meramal dan mengobati, konon demikian!" Mereka berdua segera menjawab: "Hamba memang begitu, (tetapi) hamba berdua ingin berguru kepada Tuan, jika Tuan berbelas kasih
 
Halaman 2bKembali ke atas
memberi anugrah kepada hamba berdua, hamba menyerahkan nyawa seumur hidup kepada Tuan, tetapi maafkanlah. Apakah sebabnya (hamba ingin berguru)? Karena Tuan yang bernama sang Budhakecapi, melakukan semadi, amat tekun dan teguh, sepanjang umur, serta telah sempurna dalam batin, doa pujianmu sang Budhakecapi menembus ke tujuh lapisan bumi, menembus ke angkasa". Selanjutnya, Bhatara Siwa turun menuju Kahyangan Cungkub, bertemu dengan Hyang Nini di Pura Dalem. Setelah beliau bertemu, beginilah sabda Bhatara Siwa: "Wahai sang Nini Dalem, aku menitahkanmu sekarang, turun menuju kuburan tempat pembakaran jenasah, kau Hyang Nini berhak memberkahi segala doa sang Budhakecapi, yang sangat tekun bersemadi. Kau Hyang Nini berhak mengabulkan segala permintaannya,
 
Halaman 3aKembali ke atas
segala kesempurnaan batin, sebab sang Budhakecapi sangat tekun bersemadi!" Lalu Hyang Nini berkata kepada Bhatara Siwa: "Jika itu perintah Bhatara, hamba menuruti titah Bhatara, sekarang hamba turun menuju kuburan tempat pembakaran mayat!" Kemudian Bhatara Siwa melesat menuju alam Siwa. Kini dikisahkan Hyang Nini Dalem datang ke kuburan tempat pembakaran mayat. Maksud Hyang Nini adalah memberikan berkah kepada sang Budhakecapi, karena telah direstui oleh Bhatara Siwa. Dengan cepat tiba di tempat sang Budhakecapi melakukan semadi. Segera sang Budhakecapi menghormat. Lalu Bhatari Hyang Nini berkata: "Wahai kau sang Budhakecapi, cukup lama kau berada di
 
Halaman 3bKembali ke atas
sini, bermalam di tempat pembakaran mayat, apakah yang kau harapkan? Apakah yang kau minta kepada Bhatara?" Lalu sang Budhakecapi menjawab: "Daulat Paduka Hyang Nini, doa harapan hamba adalah hamba memohon belas kasih Bhatara agar hamba paham hakikat makrokosmos dan mikrokosmos. Semoga Paduka Bhatari berkenan menganugrahkan kekuatan batin yang sempurna supaya hamba tidak terkalahkan oleh semua pesaing hamba, dan juga segala tatacara orang dalam memahami asal-usul penyakit, supaya hamba memahami hakikat bisa, racun, dan penyakit tiwang moro, ilmu desti teluh taranjana, serta hakikat pamala-pamali, dan segala ajian ampuh, demikian pula hakikat hidup dan mati, serta hakikat kekuatan sabda, itulah permintaan hamba kepadamu Bhatari Nini!" Kemudian Hyang Nini berkata: "Wahai sang Budha-
 
Halaman 4aKembali ke atas
kecapi, sekarang aku akan memberimu anugrah, baiklah, cepatlah julurkan lidahmu keluar, aku mau me-rajah1 lidahmu dengan mantera Om nama siwaya. Satu persatu mulai dengan Om, na untuk hidungmu, ma untuk mulutmu, si untuk matamu, wa untuk tubuhmu, ya untuk telingamu. Demikian pula makna Sanghyang Omkara, seperti windu, nadha, ardhacandra yang berada dalam tubuh, yang dinamakan asal mula Sanghyang Candra Raditya. Yang berada di mata kanan adalah Sanghyang Raditya, yang berada di mata kiri adalah Sanghyang Candra. Wahai sang Budhakecapi semoga kau paham tentang tatacara mencapai moksa karena lidahmu telah dirasuki kekuatan tulisan gaib, yang merupakan anugrahku, Hyang Nini Dalem, kepadamu! Inilah yang dinamakan tempat Sanghyang Omkara Sumungsang yakni di pangkal lidah,
 
Halaman 4bKembali ke atas
batu manikam, tempat pertemuan Sanghyang Saraswati, di lidah. Ini merupakan pemberi kekuatan gaib kepada batin, sangat utama, jangan sembrono, kau tidak akan berhasil (jika sembarangan). Inilah mantera kumpulan sumber kekuatan: "Om lep rem, ngagwa rem, papare, dewataning bayu pramana". Inilah menjadi persemayaman Sanghyang Saraswati, sebagai tulisan ajaib di lidah sang Budhakecapi, dan inilah doa untuk tempat aksaranya, yakni Om Sanghyang Kedep di pangkal lidahmu, Sanghyang Mandiswara di ujung lidahmu, Sanghyang Mandimanik di tengah lidahmu, Sanghyang Nagaresi di dalam otot lidahmu, Sanghyang Manikastagina di kulit lidahmu, dewanya adalah Bhatara Siwa, sebagai pemberi kekuatan hidup adalah Hyang Brahma Wisnu Iswara, sorganya adalah di hati, di empedu, di jantung,
 
Halaman 5aKembali ke atas
inilah persebaran tempat beliau Sanghyang Tiga, yakni Ang di hati, Ung di empedu, Mang di jantung. Inilah ajian Sanghyang Triaksara yang patut diingat, manteranya Om Ang Mang. Ajian ini sangat utama, jangan sembrono, memusatkan kekuatan batin, semoga kau sang Budhakecapi dapat memahami ajian Nitiaksara Sari, serta hakikat arti Sanghyang Pancaksara yang berada di alam, yang mana tempatnya, yang mana pula lambang aksara sucinya, inilah yang harus kau ingat wahai sang Budhakecapi, semoga kau paham, tinggalah kau di sini, aku akan pulang kembali menuju Kahyangan Cungkub!" Lalu segera sang Budhakecapi menghormat kepada Hyang Bhatari Nini, dengan mantera: "Om niratma ditempatkan di leher, atyatma di antara kedua alis, niskalatma di pusat telapak tangan, sunyatma di pusat kepala, alam dewata yang kokoh". Setelah Hyang Nini terbang melesat,
 
Halaman 5bKembali ke atas
menuju Kanghyangan Cungkub. Ceritanya dihentikan sebentar. Cerita berganti, dikisahkan sang Budhakecapi, sangat terkenal ke seluruh masyarakat, sangat kuat dan sempurna, pandai dan ampuh dalam berucap, segala ragam bahasa, mahir dalam doa pemujaan, bertempat tinggal di kuburan, sangat tekun, demikianlah kisah sang Budhakecapi dihentikan dulu. Kini cerita berganti, adalah dua dukun laki-laki, bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, tinggal di satu desa, yakni Lemah Tulis. Mereka sangat terkenal sakti, mahir mengobati, dan tidak pernah terkalahkan oleh segala jenis penyakit, dan sang Klimosadi tidak pernah terkalahkan oleh bisa dan obat racun, tetapi
 
Halaman 6aKembali ke atas
ada kekurangannya, ia tidak tahu mendeteksi (meramal) penyakit, hanya berpegang teguh pada keyakinan dan memaksakan, mencari orang sakit dan yang menyakiti, hanya sebegitu saja kepandaiannya. Dihentikan dulu kisah sang Klimosadha. Kini diceritakan ada orang sakit bernama Sri Hastaka. Ia sangat menderita kesusahan, maksudnya hanya mencari sang Klimosadha. Kemudian ia datang ke rumah sang Klimosadha. Baru saja ia tiba di rumah sang Klimosadha, dengan cepat sang Klimosadha menyapa: "Wahai, Tuan dari mana? Apa maksud kedatanganmu ke mari?" Si pencari dukun menyahut: "Hamba mengundang Tuan, maksud hamba menemui Tuan adalah hamba memohon keselamatan, semoga Tuan berbelas kasihan kepada hamba,
 
Halaman 6bKembali ke atas
semoga Tuan berkenan datang ke rumah hamba, untuk memeriksa kakak hamba, yang menderita penyakit!" Sang Klimosadha berkata: "Aku menuruti permintaanmu!" Tidak diceritakan (panjang lebar), ia telah tiba di rumah si pasien. Sang Klimosadha tanpa sepatah katapun memperhatikan dengan saksama si pasien, serta memegang tubuh bagian bawah dan bagian atas si pasien, segala kondisi si pasien juga diperhatikan dengan saksama. Setelah itu, lalu sang Klimosadha duduk. Kini si pencari dukun tadi bertanya: "Baiklah, hamba berkaul kepadamu, jika nyawa kakakku bisa diselamatkan, hamba tidak takut memberi upah dan hadiah yang sepantasnya. Jika ia akan mati, dimanakah kesulitan mendeteksinya?" Sang Klimosadha menjawab: "Menurutku, jika aku memegangnya, orang ini tidak akan mati, janganlah kau sedih, tenangkanlah hatimu, carilah ramuan obat minum dan ramuan bedak serta ramuan untuk obat semburan!"
 
Halaman 7aKembali ke atas
Orang yang disuruh mencari ramuan segera berangkat. "Dulu, aku sering menyembuhkan penyakit semacam ini, tidak pernah sampai dua kali aku memberikan-nya obat, hanya sekali saja sudah sembuh, sangat mudah aku menangani penyakit seperti ini!" Orang yang disuruh mencari bahan obat segera datang, serta dengan cepat pula telah matang. Lalu sang Klimosadha segera meracik obat. Setelah memberi obat minum, bedak, dan obat semburan, sang Klimosadha duduk. Jika bisa sembuh, tentu banyak orang akan merasa ikut berbahagia. Tiba-tiba saja sang Klimosadha lupa memeriksa nyawa si pasien, sehingga si pasien pun mati. Sang Klimosadha sangat malu. Semua orang yang berada di sana berwajah curiga, sebab baru saja diberi obat minum, bedak, dan obat semburan, si pasien kemudian mati, dan juga sang Klimosadha telah mengatakan bahwa si pasien tidak akan mati, namun kini mati.
 
Halaman 7bKembali ke atas
Sang Klimosadha sangat malu dalam hatinya, akhirnya ia pergi tanpa pamit menuju rumahnya. Setelah tiba di rumahnya, ia tidak enak makan dan minum, siang malam, sang Klimosadha sangat malu. Cerita sang Klimosadha dihentikan sejenak. Kini dikisahkan sang Klimosadhi, termashur dalam mengobati pasien yang terserang bisa dan racun. Diceritakan seorang wanita bernama Sridhani, yang sudah berusia cukup tua, tertimpa penyakit kronis, sangat sukar menangani penyakitnya. Si pencari dukun datang ke rumah sang Klimosadhi. "Wahai Ibu, darimana asalmu? Apa maksud kedatanganmu ke mari?" Si pencari dukun itu menjawab: "Hamba minta tolong, hamba menangani orang sakit. Jika Tuan berbelas kasih kepadaku, sudilah Tuan datang ke
 
Halaman 8aKembali ke atas
rumahku, agar Tuan mengetahui si pasien!" Sang Klimosadhi menjawab: "Jika begitu, aku menurutimu!" Setelah datang di rumah si pasien, lalu sang Klimosadha memeriksa si pasien, dipegangnya bagian bawah dan bagian atas tubuh si pasien. Setelah itu, lalu sang Klimosadhi berkata: "Ini orang sakit terserang racun, ia terkena racun yang diracik orang. Sekali saja, sangat gampang menyembuhkan penyakit ini. Aku sering menyembuhkan penyakit seperti ini. Tidak usah dua kali, cukup sekali saja sudah sembuh, sangat mudah menolong orang sakit semacam ini!" Orang yang punya pasien bergegas membuat sesajen hadiah. Lalu sang Klimosadhi merapalkan mantera untuk membuat obat, bedak, dan obat semburan. Setelah itu, lalu sang Klimosadhi mengunyah daun sirih, dan memberikan sepahnya kepada si pasien, serta menyandangnya.
 
Halaman 8bKembali ke atas
Setelah itu, tiba-tiba si pasien pusing, tidak sadarkan diri hingga malam hari, dan dadanya sesak, kerongkongannya seperti tersumbat!" Si pencari dukun berkata: "Mengapa bisa begini? Lalu apa yang dapat dilakukan, apakah obatnya perlu diganti? Hamba minta tolong dengan sangat agar ipar hamba ini bisa sembuh. Hamba tidak takut kepada upah, maupun hadiah!" Lalu sang Klimosadhi mengganti obat. Setelah obat itu diminum, tetap saja si pasien pusing tidak sadarkan diri, tidak bisa makan, lalu akut. Kemudian dengan cepat sang Klimosadhi mengeluarkan mantera, melalui ubun-ubun, telinga, hingga sang Klimosadhi kehabisan akal, memusatkan batin bersemadi bertumpu satu kaki. Si pasien semakin tidak sadarkan diri. Lalu sang Klimosadhi berkata:
 
Halaman 9aKembali ke atas
"Ah, jika demikian keadaan si pasien, aku yang salah memberi obat!" Tiba-tiba sang Klimosadhi pergi, ia sangat merasa malu, bertolak pulang. Setelah tiba di rumahnya, muncul niat sang Klimosadhi, bermaksud berguru kepada sang Klimosadha. Segera sang Klimosadhi pergi ke rumah sang Klimosadha. Begitu ia tiba, sang Klimosadha menyapanya: "Wahai adikku, sang Klimosadhi, selamat datang di rumahku, apakah maksud kedatanganmu, adikku?" Sang Klimosadhi menjawab: "Aku bermaksud berguru kepadamu, kakak!" Sang Klimosadha berkata: "Mengapa kau ingin berguru kepadaku? Jika begitu, adikku, kau tidak akan mendapat apa-apa. Kakak juga tidak ingin mengangkat murid. Apa sebabnya, katakanlah, wahai adikku!" Sang Klimosa-
 
Halaman 9bKembali ke atas
dhi menjawab: "Beginilah asal mulanya. Aku mengobati seorang wanita, yang bernama Sridhani. Ia terserang penyakit kronis. Di situlah aku kalah, aku sangat malu, itulah sebabnya aku hendak berguru kepada kakak!" "Jika begitu, kau sia-sia saja, kakak juga ingin berguru, sebabnya adalah kakak mengobati orang sakit bernama Sri Hastaka, seorang lelaki, di situ kakak kalah!" Sang Klimosadhi berkata: "Jika begitu, marilah kita melakukan semadi, aku menurutimu, jika kakak mendapat wahyu, aku minta tolong kepadamu, jika aku mendapat wahyu, aku akan menolongmu, demikianlah maksudku!" Lalu sang Klimosadha berkata: "Jika begitu, sulit rasanya, adikku.
 
Halaman 10aKembali ke atas
Jika kau setuju denganku, marilah bersama-sama denganku, aku ingin berguru kepada sang Budhakecapi, sebab sang Budhakecapi mendapat anugrah dari Hyang Nini!" Sang Klimosadhi menyahut: "Jika begitu, baiklah, aku setuju denganmu, kakak!" Akhirnya, segera mereka berangkat menuju kuburan tempat pembakaran mayat. Setelah tiba di tempat sang Budhakecapi, lalu mereka berdua disapa oleh sang Budhakecapi: "Wahai Tuan berdua, apa maksud Tuan datang ke mari, begitu tergesa-gesa, berdua, silakan katakan agar aku mengetahui!" Sang Klimosadha dan sang Klimosadhi menjawab: "Hamba ini berasal dari Lemah Tulis, hamba sedesa, demi-
 
Halaman 10bKembali ke atas
kianlah Tuan, hamba berdua bernama sang Klimosadha mwang sang Klimosadhi!" Lalu sang Budhakecapi berkata: "Baiklah, aku ingin bertanya kepada kalian berdua, aku mendengar berita orang yang bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, terkenal mahir dalam pengobatan, begitulah konon!" Segera mereka berdua menjawab: "Hamba memang begitu, (namun) hamba ingin berguru kepada Tuan, jika Tuan berkenan kepada hamba berdua, hamba menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuan, disertai dengan permohonan maaf hamba!" "Wahai, adikku berdua, agar aku dapat mengetahuimu, apa sebabnya kau ingin berguru kepadaku? Katakanlah dengan sejujurnya kepadaku agar aku paham!" Sang Klimosadha menjawab: "Sebabnya hamba berniat keras berguru karena hamba pernah mengobati

Lontar Usada Buduh

Halaman 1bKembali ke atas
Ini pengetahuan segala penyakit gila. Obat segala macam penyakit gila, sarana. Air putih yang baru, bunga kamboja, 11 biji beras galih (beras yang tidak patah), peras dan masukkan ke dalam sibuh ( bagian dari tempurung kelapa kecil), setelah dipuja, dipercikkan, diraupkan, dan diminum 3 kali, sisanya usapkan pada orang yang sakit. Pada saat membacakan mantranya, mata tertuju ke air itu, pujalah Sang Hyang Tiga, satukan rwa bhineda (dualistis) itu, di ujung grananta (hidung), dengan sungguh-sungguh, jika terlihat terang seperti awun-awun namanya, luruskan dengan pasti, pertaruhkan tenaga kita. Namanya. Demikianlah keadaannya, mantra: Ih Babu Kamulan ingsun anyaluk tetamban lara edan, babune si anu maor usuasa, karusakena panone si anu salah oton, pangelipur ring ati, muwaras, 3, sidi mandi sapanku maring si anu, muwaras.
 
Halaman 2aKembali ke atas
Obat penyakit orang gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi dan menyebut-nyebut nama Dewa. Sarana: Kunir (Curcuma domistica VAL) yang warnanya kemerah-merahan, ketumbar, garam bercampur arang, dipakai jamu, masukkan setetes ke hidung dan mata. Setelah itu kembali diminumkan air kelapa muda dari jenis kelapa mulung (kulitnya hijau, sabut di bawahnya berwarna merah). Obat orang gila dengan ciri menangis siang malam sambil menyebut-nyebut nama seseorang. Sarana: putik kelapa nyuh mulung dan akarnya yang masih muda, pantat bawang dua biji, adas (Foeniculum Vulgare MILL) dua biji, dan ketan hitam, minumkannya. Obat orang gila dengan ciri suka pergi kesana-kemari. Sakit itu namanya edan kabinteha. Sarana: ketumbar 25 biji, asam tanek (asam dikukus), gula enau, santan kane (kental) minumkannya. Sebagai bedaknya, sarana: kelor munggi (Moringga Oleifera LAMK) setangkai, setangkai kesawi , pala, tri ketuka (bawang merah, bawang putih, dan jerangan), air cuka. Inilah mantra obat dan borehnya, Mantra: Ong
 
Halaman 2bKembali ke atas
asta astu ya nama swaha, ala-ala ilili swaha, sarwa bhuta wistaya,sarwa guna wini swaha, ah astu ya astu, 3. Obat orang gila dengan ciri suka tertawa dan melucu, sarana: Paria lempuyang (sb Zingiber), ketumbar, tri ketuka, air cuka, minumkannya. Lagi borehnya semua, sarana-sarana kelor munggi,intaran bersama kulitnya, liligundi ( vitele trivolia ) 9 pucuk daun, Ramuan-ramuan umbi gadung (dioseoria hirsuta ), air cuka teri ketuka, Mantra : Ong edan-edan a nama swaha waras. Obat orang gila yang suka bermain kotoran ( tinja ). Sarana-sarana setangkari sulasih, ginten hitam dan buyung-buyung ( sejenis perdu bunganya seperti lalat ), bersama daunnya. Setelah diulek remasi sidem (semut hitam ) dan semut tungging teteskan di mata sampai telinganya . Obat sakit gila dengan ciri suka berkata aneh dan suka turun . Sarana: kelor munggi , kesawi, bawang
 
Halaman 3aKembali ke atas
adas , tri ketuka, minumkannya , dan teteskan pada hidung sampai mata . mantra-mantra : Ong hyang astu ala-ala ili-ili sarwa brang grang wini swaha, waras. Obat sakit gila yang sering disertai epilepsi , sarana : paci-paci (sejenis perdu berbatang kering berdaun lancip dan kasar ) beserta bunganya, memetik jangan menginjak bayangan kita, isi kemiri , pala , jarangan ( Acous Calamus LINN ) , mungsi ( Carum Copticum BENTH ), dicampur, minumkannya, ampasnya pakai boreh . Mantra : Ong sang Depadaa angumbang ring saksi, luarakena banyu wus wasane si anu, mundurana kita den agelis, mundur kita wetan, kidul kulon lor ring tengah, metu ngambah ke baga purus. Obat orang sakit gila dengan ciri ngomong tidak karuan dan sering mengambil barang yang tidak berguna ( pati jelamut ) , nama penyakit itu edan kabinteha, sarana : merica putih diulek , dengan air jeruk . Ramuan : uleni dengan semut hitam ( sidem ), beningannya teteskan pada mata , telinga , pada hidung. Setelah dipuja lagi
 
Halaman 3bKembali ke atas
tetesi hidungnya, sarana : bawang putih 2 biji, merica putih 2, air dari gosokan cendana , air jeruk yang bening , banyaknya berimbang . Beningnya itu teteskan pada hidungnya . Obat sakit gila dengan ciri suka tidur dan tidak enak makan serta minum , sarana : 7 helai daun sirih yang urat daun kiri dan kanan bertemu di tengah-tengah , dirajah seluruhnya , 7 butir merica , garam diminumkannya . Ampasnya dipakai menyemburi seluruh tubuhnya . Obat sakit gila dengan ciri suka meratap,menangis tidak karuan, siang malam, sarana : kelapa mulung , kemiri jetung ( biji buahnya satu ) , kemiri biasa , sama-sama satu biji , bawang , mungsi , ketumbar , teteskan di hidung , di mata , dan di telinga . Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya . Obat orang sakit gila dengan ciri galak terhadap semua orang, sarana : daun sirih tua temu rose, dirajah /gambar seperti ini :
 
Halaman 4aKembali ke atas
Ketumbar, mungsi sama-sama 3 biji, lengkuas, 3 iris, teteskan pada hidung dan telinga, ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya. Obat sakit gila dengan ciri suka menari dan bernyanyi, sarana: sembung bangke (jenis tanaman perdu yang tumbuhnya merambat, daunnya panjang dan runcing), sembung gantung, liligundi (vitek tripolia), intaran, bersama akarnya, tri ketuka, air cuka. Beningnya dipakai menetesi telinga dan hidung, ampasnya pakai bedak dan boreh.. Mantra: Ong arah-arah greha ah teka sidhi swaha. Obat sakit gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi siang malam , sarana: kejanti, kencur, lempuyang, bangle (sejenis temu rasanya pedas, pahit, bau kurang enak), jahe, merica, teri ketuka, bawang, sinrong ((rempah yang biasa dipakai parem), air cuka, sidem (semut hitam pohon). Teteskan pada telinga, pada hidung. Ampasnya pakai bedak. Obat orang sakit gila dengan ciri suka mengulum sesuatu, sarana: minyak wangi, sula-
 
Halaman 4bKembali ke atas
sih wangi, mungsi, dicampur. Teteskan pada hidung dan telinga. Ampasnya pakai bedak, mantra: Ong arah-arah, wayamanisa, wagrana, wisuaha. Obat orang gila dengan ciri perutnya bengkak, sarana: liligundi, kantawali (tumbuhan menjalar dengan rasa amat pahit), mungsi, pala, air cuka didadah (digoreng dengan air), minumkannya, mantra: Ong arah-arah, ya atutur-tutur namah swaha. Obat orang sakit gila dan juga badannya panas, sarana: selegui laki perempuan tampak liman disebut juga tutup bumi (Elephantopus LINN), gelagah, ilalang, kasembukan (urang-aring), bersama akarnya yang muda dipakai, kulit akar kendal (sejenis pohon waru, ujung daun runcing dan buahnya kecil-kecil bergetah), pulasari (Alixia stellata R & N), ginten hitam, bawang adas, sepet-sepet (tumbuhan berbatang keras daunnya kecil-kecil lancip memanjang, salah satu jenis rempah-rempah), lapisan lendir pohon kendal, daun dapdap tis (Erythrina Varegita), kendal, beligo arum (lagenaria leucantha Rusby), segumpal tombong (kentos kelapa), beras merah, digilas dan dibuat tum (dibungkus daun lalu dikukus), agar masak sekali. Setelah matang, tuangi air tebu hitam yang dibakar. Beningannya tetes-
 
Halaman 5aKembali ke atas
kan di telinga, di hidung, di mata, dan minumkannya. Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya, dan semburkan pada sisi dahinya sampai sisi seluruh rambutnya. Sarana: daun kenanga yang kuning-kuning, sari lungid, kemenyan madu, kerokan cendana. Ramuan: sintok (salah satu rempah), lempuyang, perasannya dipakai menetesi . Ada lagi sebagai uap ( boreh pada bagian tertentu seperti dada , perut bagian bawah ) segala yang tis ( sejuk ) . Boreh kakinya segala yang hangat pakai dan mentrai seperti di depan. Obat orang yang lama mengidap sakit gila , kadang kumat dan kadang ia sehat . Sarana: sebagai dasar 2 iris lengkuas , daun uku-uku / lampes / ruku-ruku ( Ocimum Sanctum LINN ) hitam, mungsi , ampasnya rendam dengan cuka , sekarang rebus , besoknya baru diminumkannya , dan teteskan pada telinga , pada mata , pada hidung . Ampasnya pakai bedak . Obat orang sakit gila dengan ciri ia sering menari
 
Halaman 5bKembali ke atas
sarana: dause keling ( tanaman pagar berbatang keras , buahnya kemerah-merahan ) bersama akarnya, gula enau , teteskan dan minumkannya, mantra: Ong paraatma atma pariatma, sarwa graha wina sidhem swaha, waras, 3. Obat orang sakit gila dengan ciri sembrono tak menentu , sarana : Segala jamur yang tumbuh di atas batu , akar hawa keroya / beringin ( Eicus Benyamina LINN ) , teri ketuka , bangle 7 iris , mungsi , air cuka , intinya . Air perasannya kemudian rebus , setelah itu beningannya teteskan pada telinga , pada hidung , pada mata . Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya, mantra : Ong lara muksah tutur remut, 3, anduh kita manongosin, jadma manusa maluaran kita, tan pamangan. Malih kita maring panangkan kita rauh sang bayu teka lara lunga waras. Obat orang sakit gila dengan ciri menunjukkan rasa takut, sarana: akar kekara (Dilicos Labb LINN ) sejenis kacang-kacangan buahnya agak pipih ) merah, kekara putih, tetapi yang sudah berumur tahun-
 
Halaman 6aKembali ke atas
an, memetik jangan melewati bayangan kita, bawang adas , diperasi jeruk . Beningannya teteskan pada telinga, pada hidung, dan minumkannya . Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya . Obat segala sakit gila , sarana: air perasan lempuyang , kotoran kerbau hitam , memakai alas, tempat itu dirajah ( gambar ) berupa gambar kerbau . Mantra: Ong ra nini paduka bhatari Durga, ingsun anyaluk tatamban lara edanne sue nu, apan aku mawarah, sidi sapujanku mandoi waras. Ada lagi sebagai tutuh ( tetes ) pada hidung dan mata, sarana : Lampuyang dirajah seperti ini perasan airnya isi serbuk merica yang disaring . Ada lagi sarana : kencur dirajah seperti ini: bangle dirajah seperti ini : air perasannya diteteskan. Obat segala penyakit gila, sarana: ginten hitam, sepohon
 
Halaman 6bKembali ke atas
garam arang , minumkan dan teteskan pada mata, pada hidung. Ampasnya pakai bedak pada mukanya. Mantra : Ong kaki cemeng, angundurang lara edane si anu, angimut-ngimut ring jeroning atine si anu, aku angeruek maring jero wetwnge si anu, sing teka pupug punah, sing lunga, sing teka, pada mapupug punah, 3, kedep sidi mantranku, telas. Ada lagi jika sakitnya tidak sembuh, sarana: air perasan lengkuas, adas, garam arang, minumkannya. Ampasnya disemburkan pada seluruh badannya. Obat sakit segala penyakit gila, sarana: lempuyang dan air jeruk, teri ketuka, garam arang, minumkannya, mantra: Ong sang baga purus wisesa , sira ngelaranin baga purusa si anu, sira apurusit, maring si anu, aku weruh ring kamulanmu nguni, matanta tangen sanghyang Raditia, matanta kiwa sanghyang Ratih, kadi pedangane sanghyang Raditia, sanghyang Ratih samangkana pe-
 
Halaman 7aKembali ke atas
padangane, matane si anu, biar, 3, biar cali ring hening. Obat segala penyakit gila, sarana: manuri, undur-undur, semua daunnya yang kuning-kuning, lempuyang, asam yang telah direbus, sinrong, inggu, air jeruk 1 biji, dan garam. Rebus dan minumkannya serta teteskan pada hidung, telinga, mantra: pukululun aranira batara Guru maha sakti, aku angunduraken batara Gana, banta wengi, banta weghah, bante papet, aje sira anta anggel ring jero ragane si anu, mundur lunga ko mangke pugpug geseng mpug saguna pangaruhmu kabeh, sing teka guna pupug punah, 3, sidi mandi mantranku. Obat segala penyakit gila, sarana: daging buah rerek (buah yang dagingnya berbusa bisa dipakai mencuci perak dan batunya hitam), bawang tunggal, air cuka, teteskan pada hidung, pada mata. Ampasnya pakai membedaki mukanya, mantra: Ung arah-arah, ngelimus ring atimu waras.
 
Halaman 7bKembali ke atas
Obat segala penyakit gila, sarana: lempuyang dirajah seperti ini lagi kencur diiris dan dirajah: .Lagi sarana: bangle diiris juga dirajah: lagi sarana: selembar daun sirih tua temurose dirajah, ma: setelah semua dirajah, gabungkan jadi satu, ditambah lima butir merica, tiga ujung lada, tiga biji mungsi, air cuka. Air perasannya diminumkannya, dan teteskan pada mata, pada telinga., pada hidung. Ampasnya campur teri ketuka. Semua itu pakai membedaki tubuhnya, mantra: Ong hyang ma- hyang, 3, ong manglimur ring ati, muwaras, 3, ang banyu mapupul, budeng mapupul, kelingsih mapupul, buyanati mapupul, dahah, mapupul, bayu mapupul, ong sang hyang ayu ulihakena bayu sabda idep si anu maho usuase, mu-
 
Halaman 8aKembali ke atas
lih bayu premanane si anu maring kadam suaha, waras, 3. Obat segala penyakit gila, sarana: daun katimahan (Kleinhopia Vosvita LINN) sampai ke akarnya, kecemcem (sejenis daun kedondong/ Spondias Dulcis FORST) putih, padang kesisat (rumput yang dapat dipakai sayur), tujuh butir merica, sejemput semut hitam, air cuka. Minum dan teteskan pada telinga, mata, dan pada hidung. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya, mantra: Ong hyang pala pilu, 3, ih teka banta amulanta, sang kama putih saking bapanmu, sang kama bang saking ibunta, tutur si kita, aja lali ring si anu, mangke mamuliang maring raga waluyanta manih, akueh kang amidenane, wastu kita tan mandi, tan waras sakueh ki si ta midenin, sabda idepkune sidi mandi, waras, 3, ya namah suaha. Obat segala penyakit gila, sarana: 11 lembar daun ginten hitam dirajah rambut sudamala, campurannya:
 
Halaman 8bKembali ke atas
11 biji mungsi, ingggu (zat untuk obat), inti bawang, adas, air cuka. Air perasannya diminumkannya dan teteskan pada hidung serta mata. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya, mantra: Ong sang rambut sudamala, dakonkon aya langgana, lah sira anambanin wong katepuk tegeh, kaparag maring buta kabeh, wastu si anu purna punah, lengleng bungeng edane si anu salah ton, lah waras, 3, iko maranane, lah waras, 3, kedep mandi mantranku. Obat segala penyakit gila, sarana: jamur yang bisa dimakan beri rajah tunggang meneng, daun bangle, rajah seperti ini daun lempuyang dirajah seperti ini: sa ba ta a i, lagi dicampur bawang adas , air jeruk, teteskan pada hidung, pada telinga, dan minumkannya.
 
Halaman 9aKembali ke atas
Ini rajah rambut sudamala: Ampasnya dipakai bedak semua. mantra: Ong ra nini paduka batari Durga, ingsun anyaluk tatamban lara, edane si anu, sama ta kang lara iku murnanu pukulun, a, sira walang ati apan ingsun mawarah sidi saujar ingsun wastu si anu teka waras, 3. Ada lagi jika orang sakit gila suka memaki-maki dukun, itu namanya bebainan. Obat, sarana: daun pungut(tanaman liar di daerah tropis, sekarang dicari untuk bonsai) yang tumbuhnya mengapit jalan, sama-sama tiga helai, daun lada dakep (yang menjalar di tanah) tiga helai, tiga biji merica gundul, disemburkan pada yang sakit, setelah itu dipijit. Setelah kelihatan penyakitnya ambil tarik dengan cepat, inilah mantranya: Ih madra macah, sira anikep larane I yono
 
Halaman 9bKembali ke atas
den cokot keret kekrug, 3. Obat segala penyakit akibat gangguan, apakah itu gila, banta (infeksi), epilepsi, disentri, kaki bengkak, gatal-ghatal, beri-beri basah, lever, dan busung lapar. Semua itu harus diruat. sarana: semua dirajah: ong ka ra. Bangle dirajah , kencur di rajah: , lempuyang dirajah: . Lengkuas dirajah . Kunir dirajah . Temu tis dirajah . , bawang dirajah. . Daun sirih tua dirajah , semua itu sama-sama diiris. Sebuah jeruk linglang dirajah seperti ini , ditambah paria (Memordica Charantia LINN) puyuh yaitu buahnya kecil-kecil bulat, sampai akarnya, daunnya dirajah dicampur lagi dengan majakane (Quercus Lusi Tanica LANK) dan maja keling (Terminalia Arboerea K.& V.), ketan gajih ( putih bersih/Oryza Sativa LINN), sari kuning, daging baligo harum, diulek, air gosokan cendana. Ambil perasan air kentalnya, beningnya teteskan pada hidung. Arti obat itu
 
Halaman 10aKembali ke atas
jika sakit gila, dapat diteteskan obat itu pada telinga, mata, pada hidung dan diminumkannya. Jika selain sakit gila, kegunaannya dibedakkan dan diminumkannya, ini lanjutannya, mantra: Ang, mang, ong ung nini Siwogotra, ingsun mawak hyang Darma wisesa, ungguanta ring pucuking wurung-wurung gading ingsun mangerah sasanakta manusa kabeh, I Yanta, Preta, kala, dengen, aku weruh ring kadadenta kabeh, pawetun kita saking gua garbane ibunta, arania anta ari-ari, nga, preta, nga, nanah, kala, nga, getih, dengen, nga yeh nyom, ika sasanak manusa kabeh, aku weruha, ika margane agering kang manusane sianu, ih angeringin manusane si anu, margane mangeringin ika, apan umijil saking pitra puja sesana, mangke ingsun angundurangken gering awak sarira-
 
Halaman 10bKembali ke atas
nta, yen ana pitra puja sasana manggawe gring awak sariranta, ingsun angunduraken pitra puja sesana, mundur mulih kita kabeh, yanta sah ring awak sariranta, mulih kita ring batukau, preta sah, ring awak sariranta, mulih kita ring pasaren kala sah ring awak sariranta, mulih kita ring catu, dengen sah ring awak sariranta, mulih kita ring cungkub kahyangan dalem, mangke ingsun angeluarang geringe ring awak sariranta, buung ikang gering kabeh, kesah ikang geringe apadang, mantuk kita ring sanghyang tiga, basmi wisesa, ana desa sajeroning pukuhing lidah, agelijih mirah, abias padi, anatar emas sinangling tan payuna, ring gana gulgul, nidra amargana, byah er, ingsun angunduraken pitra puja sesana ika, mundur kita, 3, apan aku weruh ring kasurupanta kabeh